Be an Entrepeneur
Indonesia, sebuah negara yang dikenal dengan slogan gemah ripah loh jinawi. Sebuah slogan yang sangat menarik, mengingat slogan ini menunjukkan tingkat kesejahteraan negara tersebut. Hanya saja sangat bertentangan dengan realita di lapangan. Negara ini pada kenyataannya belum mampu menyejahterakan penduduknya.
Sebuah anomali mengingat memang SDA di negeri ini tergolong melimpah. Apalagi mengingat negara ini terletak di kawasan tropis, yang bagi negara Barat kerap disebut surga dunia. Dan mengingat tentang legenda Atlantis yang oleh Prof Santos dilokalisir berada di Indonesia. Maka jadilah Indonesia (di masa lampau) sebagai (mungkin) the dream place.
Namun negara ini dewasa ini memang mengalami krisis multidimensi yang berkepanjangan (yang belum usai sampai sekarang). Salah satu krisis tersebut adalah pada aspek ekonomi. Indonesia dengan SDA yang melimpah, kenyataannya perekonomiannya masih kacau balau.
Jika ditelisik lebih mendalam, memang ada anomali di negeri ini. Dengan melimpahnya SDA dan ditunjang SDM (yang menjadikan negara ini sebagai negara dengan penduduk no 4 terbesar se-dunia), namun negara ini tergolong miskin. Banyak pihak menyatakan jika negeri ini gagal karena SDM nya gagal. Mereka dianggap sebagai biang keladi dari keterpurukan negeri ini.
Opini ini tidak sepenuhnya salah. Namun juga tidak sepenuhnya benar. SDM memang memiliki andil dalam menunjang kemajuan negeri ini. Hanya saja kegagalan SDM juga disebabkan sejumlah faktor. Di antaranya dari pola pikir.
Catatan sejarah menyebutkan SDM kita di masa lampau memiliki perbedaan yang mencolok dibanding SDM di masa sekarang. Pada masa yang disebut masa Hindu Budha, bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang besar karena perdagangannya. Mereka juga dikenal lewat budaya maritimnya. Dengan hobi menjelajah ke sejumlah tempat di berbagai belahan dunia. Pola kehidupan ini berlangsung hingga awal abad ke 16, seiring dengan masuknya bangsa Eropa.
Kehadiran bangsa Eropa ini bersamaan dengan tegaknya kekuasaan Islam di Indonesia. Seiring dengan perkembangan waktu, mulai ada perubahan lokasi pada sejumlah kerajaan Islam. Terjadi perpindahan kekuasaan dari daerah pesisir ke pedalaman. Ini disebut – sebut menjadi penyebab utama.
Keberadaan pusat – pusat pemerintahan di pedalaman tentunya memudahkan kekuasaan Barat untuk perlahan masuk ke kawasan pesisir. Mereka menyadari akan memerlukan waktu lama untuk mengalahkan kekuasaan kerajaan di pesisir jika menggunakan kekuatan fisik. Akhirnya mereka menggunakan kekuatan budaya.
Orang2 Belanda menggunakan taktik mengubah pola pemikiran. Mereka menanamkan dalam benak rakyat jelata, bahwa dunia perdagangan adalah dunia kotor penuh kebohongan, dan spekulasi. Tidak ada jaminan untuk kehidupan di hari tua. Berbeda jika mereka mau bekerja pada pemerintah (menjadi ambtenaar / pegawai negeri). Mereka punya kehidupan yang jauh lebih baik pastinnya. Upaya ini berhasil, masyarakat perlahan mulai “membenci” kasta pedagang. Mereka menganggap kasta pegawai lebih baik.
Celakanya hal ini bertahan sampai sekarang. Mindset ini terus terpatri, sehingga negeri ini dipenuhi oleh orang2 yang terobsesi menjadi pegawai negeri. Setiap tahun saat seleksi pegawai diadakan, pasti ribuan orang akan mengantri. Padahal pada kenyataannya, ekonomi negeri ini tidak sepenuhnya ditunjang oleh pegawai negeri.
Sebenarnya kelas yang lain lebih dibutuhkan, yaitu wirausahawan. Namun profesi ini amat jarang digeluti, karena “tidak menjanjikan” dan “penuh resiko”. Mentalitas masyarakat cenderung lebih suka menjadi pegawai (baik swasta maupun pemerintah) karena lebih safe. Inilah yang membuat bangsa ini mengalami “kemandekan” dalam proses pertumbuhan ekonominya. Perekonomian oleh Belanda sengaja “diserahkan ” kepada penduduk Cina.
Pola ini memang sengaja digunakan oleh Belanda sehingga penduduk asli Indonesia (kecuali hanya beberapa etnis, misal Bugis / Makassar) tidak lagi menyukai aktivitas perdagangan. Belanda menganggap bahwa masyarakat Cina lebih bisa dikendalikan oleh mereka. Dari sini akhirnya muncul suatu rasa “iri” di kalangan penduduk asli, yang kerap kali berujung pada pertikaian.
Pertikaian tidak perlu terjadi, seharusnya masyarakat kita harus instropeksi. Masalah ekonomi tidak bisa terselesaikan jika memakai kekerasan fisik. Lebih baik kita berupaya untuk mengubah mindset dari menjadi pegawai, beralih menjadi entepreneur. Menjadi wirausahawan, pada kenyataannya, juga tidak kalah menarik dibanding dengan menjadi pegawai. Bahkan secara finansial jauh lebih “menggiurkan” daripada hanya menjadi pegawai. Tentu saja ini akan tercapai dengan usaha keras dan pengorbanan yang tidak sedikit. Ayo rakyat Indonesia, jadilah tuan rumah di negeri sendiri......
Comments
Post a Comment