Mengapa ada kesamaan???


Danau Satonda

Manusia cenderung arketipis dan paradigmatik itu yang disampaikan oleh Mircea Eliade, dalam bukunya Mitos Gerak Kembali yang Abadi. Apa itu arketipe ?? dalam kamus besar bahasa Indonesia Arketipe berarti model atau pola yg mula-mula, berdasarkan pola asal ini dibentuk atau dikembangkan hal yg baru; prototipe. Jika manusia senantiasa membuat segala sesuatu berdasar pola yang sudah ada, dan baru mengalami pengembangan.


Gunung Tangkuban Perahu

Itu artinya manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu mengikuti pola yang sudah ada. Namun tetap dengan sejumlah pengembangan, yang tidak merubah konsep awal dari pola tersebut. Artinya manusia memang memiliki kecenderungan meniru.
Maka tidak heran muncul sejumlah cerita yang di lingkup dunia ini yang memiliki kesamaan dalam inti ceritanya.  Misalnya dengan adanya cerita Cinderella di Eropa, di Indonesia ada kisah Bawang Putih Bawang Merah. Di Jawa Barat ada kisah Sangkuriang dalam Legenda Gunung Tangkuban Perahu, di Bima ada legenda Danau Satonda. Sedangkan di Jawa ada cerita Jaka Tarub figur yang beristrikan bidadari, dan di Eropa ada Marko Kraljevic yang juga beristri seorang villa (peri). Begitu juga dengan sejumlah tokoh dari Yunani yang merupakan putra dari peri.
Jika cerita tersebut hanya meniru dari apa yang sudah ada sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan jika kebudayaan manusia itu berasal dari satu lokasi kemudian menyebar. Ini dalam kajian ilmu Antropologi dinamakan difusi kebudayaan . Hal ini pula yang kemudian dianggap ada hubungan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain, yang memiliki induk yang sama
Asumsi dasar dari teori difusi adalah bahwa kebudayaan manusia itu pangkalnya satu, dan di satu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu makhluk manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu (Koentjaraningrat, 1987 : 111). Para ahli yang melakukan penelitian dan menghasilkan kesimpulan yang sesuai anggapan dasar di atas antara lain F. Ratzel, F.Graebner, dan W.H.R. Rivers.
F.Ratzel (1844-1904) menyatakan bahwa di waktu yang lampau antara suku-suku bangsa yang mendiami tempat-tempat di mana ditemukannya unsur-unsur kebudayaan yang sama itu, pernah ada hubungan (Koentjaraningrat, 1987 : 111). Sementara Graebner (1877 – 1934) mengelompokkan unsur-unsur kebudayaan dari berbagai tempat di muka bumi ke dalam berbagai Kulturkreise[1]. Dengan demikian akan tampak gambaran persebaran atau difusi dari unsur-unsur kebudayaan di masa lampau. Metode Graebner ini juga diterapkan oleh W.H.R. Rivers dalam penelitiannya terhadap di kebudayaan Melanesia. Rogers (1971 : 7) menyatakan “diffusion is the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social systems”. Dari pengertian di atas, difusi adalah suatu upaya menyebarkan hal yang baru (inovasi) kepada anggota suatu sistem sosial. Proses penyebaran ini melalui saluran-saluran tertentu dan membutuhkan waktu tertentu.

* Sebuah opini awal



[1] Koentjaraningrat (1987 : 111) menyebutkan  kulturkreise adalah lingkaran di muka bumi yang mempunyai unsur-unsur kebudayaan yang sama.


Comments

Popular posts from this blog

Karya Sastra Masa Majapahit

Cinta adalah Nol, Nol adalah awal dari segalanya