Malang, kota dengan beragam kisah

Malang adalah sebuah daerah  yang memiliki struktur geografis yang unik. Kota ini memiliki benteng alam di keempat sisi arah mata angin. Di sebelah timur terdapat Pegunungan Tengger dan Semeru dengan Bromo sebagai puncak tertingginya.  Di sebelah selatan terdapat Pegunungan Kapur Selatan, dan dibaliknya membentang luas Samudra Hindia. Benteng Barat terdapat Gunung Kawi dan Gunung Kelud. Benteng Utara terdapat Gunung Arjuno, Welirang dan Anjasmoro. Maka menurut arkeolog UM, Bapak Dwi Cahyono, Malang ibarat sebuah mangkuk yang dikelilingi gunung – gunung. Sementara Dosen Sejarah UM, bapak Reza Hudiyanto menyebut Malang di era kolonial sebagai De Bergstad van Oost Java. Yang artinya kurang lebih kota yang dikelilingi gunung.
Topografi Malang yang demikian itu tentu menarik untuk menjadikannya sebagai pusat pemerintahan. Dan hal ini telah berlangsung sejak (sejauh ini) masa kerajaan Hindu Budha. Dengan adanya prasasti Dinoyo dan Candi Badut.  Kedua bukti artefaktual ini menjadi tanda bahwa kawasan ini telah menjadi pusat dari suatu kegiatan manusia. Dan posisi ini terus berlanjut dengan berdirinya kerajaan Singhasari oleh Ken Arok (Ken Angrok), yang lokasinya (sekarang) di daerah Kuto Bedah. Malang sebagai pusat kekuasaan politik terus berlangsung hingga masa pemerintahan Sri Kertanegara. Hanya saja lokasi ibukota telah berpindah ke kawasan (sekarang) kecamatan Singosari. Perpindahan ini terjadi pada masa pemerintahan dari Wisnuwardhana, penguasa sebelum Kertanegara. Di era Majapahit, Singhasari hanya menjadi salah satu daerah bawahan.
                  
        Presiden Soekarno, saat peresmian Tugu

Di akhir era Majapahit, berdiri lagi sebuah kerajaan Hindu terakhir (yang diperkirakan lokasinya ada di Malang) yaitu Sengguruh.  Pada masa Islam daerah ini bukan merupakan pusat kekuasaan lagi. Namun, Malang menjadi daerah yang kerap menjadi pusat pemberontakan. Seperti halnya pada masa Trunojoyo dan Untung Surapati (yang memberontak pada masa kekuasaan Mataram Islam). Nampaknya dari sinilah muncul nama Malang (Jw : menghalangi). Di kemudian hari , kegagalan pemberontakan politik ini mengalami kegagalan. Namun pemberontakan tersebut berubah menjadi pemberontakan kebudayaan terhadap kebudayaan agraris di Jawa Tengah. Inilah yang menjadikan kebudayaan masyarakat Malang, bagi penduduk di kawasan Jawa Tengah (sampai sekarang) dicap sebagai kasar, khususnya dalam tata bahasa.

                                    Gereja Katedral di Malang 
Di era kolonial hingga proklamasi, berkembanglah bahasa walikan. Bahasa ini awalnya lahir sebagai bahasa sandi selama masa revolusi fisik. Hanya saja bahasa ini terus berkembang sebagai bahasa khas Malang.

Dewasa ini, kawasan Malang secara administratif wilayah terbagi menjadi 3 yaitu Kabupaten Malang, Kotamadya Malang, dan Kota Batu.  Kota Malang berada di kelilingi oleh wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu. Kota Batu berada di sebelah barat laut dari Kabupaten Malang. Kota Batu sendiri dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Baru pada tahun 2001 – 2002, daerah ini berdiri sendiri sebagai sebuah Kota.
Kabupaten Malang dan Kota Batu merupakan hinterland (daerah penyangga) dari Kota Malang.  Terdapat tiga titik yang menjadi penyangga Malang secara ekonomi, yaitu Gadang, Lawang dan Pujon. Di Gadang dan Lawang terdapat pasar induk, yang menjadi sentra perdagangan sejumlah komoditas, khususnya hasil bumi, sebelum didistribusikan masuk ke kota Malang. Keberadaan ketiga titik tersebut menjadi sesuatu yang sentral dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Malang.
Sejumlah guyonan kerap muncul, jika ingin mematikan ekonomi kota Malang maka tutup saja kawasan tersebut. Dijamin ekonomi Malang juga akan mengalami goncangan. Sektor lain yang juga masih bergantung pada Kabupaten Malang, adalah sektor penerbangan udara. Lapangan udara Abd. Saleh, juga berada di wilayah Kabupaten Malang, tepatnya Kecamatan Singosari.
Potensi wisata di Malang raya pun kerap menjadi lahan tarik menarik. Kota Batu dan Kabupaten Malang merupakan wilayah yang memiliki potensi wisata yang sangat beragam, baik wisata alam maupun buatan. Keberadaan sejumlah tinggalan purbakala sebagian besar  berada di wilayah Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Tercatat ada Candi Songgoriti (Batu), Candi Badut, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singosari dan Candi Sumberawan. Dan sejumlah wisata alam di dua kawasan tersebut. Sementara potensi wisata Kota Malang lebih banyak ke arah konsep wisata modern mis; wisata belanja.
                                            Malang Town Square

                                            Malang Olympic Garden

Potensi geografis selain memiliki manfaat wisata juga di bidang militer. Malang adalah kota dengan cadangan militer terbesar kedua di Indonesia. Di Malang, seluruh kesatuan militer, meliputi TNI AD, TNI AL dan TNI AU, semuanya lengkap. Dari pintu masuk di Lawang, kita akan disambut dengan markas Polisi Militer, kemudian, masih wilayah yang sama, terdapat asrama tentara AL, dari kesatuan Yos Sudarso. Masuk di kecamatan Singosari terdapan Yonkav 3, Kostrad, dan Armed. Di kecamatan Singosari pula terdapat Pangkalan TNI AU. Sementara basis TNI AL banyak juga dipusatkan di Kabupaten Malang bagian selatan.
Itulah sekilas tentang Malang. Tulisan ini memang acak – acakan. Tetapi penulis mencoba menjelaskan tentang kawasan Malang raya dan sejumlah potensi yang dimilikinya. ^_^ selamat membaca.....






Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cinta adalah Nol, Nol adalah awal dari segalanya

Telaah singkat Kidung Harsawijaya