Sebuah Kritik Sumber pada Piramida's Lovers

Gak habis pikir melihat aksi Turangga Seta dan Greget Nuswantara, dua grup yang senantiasa mengatasnamakan upaya mengembalikan kejayaan Nusantara. Sah sah saja memang memiliki opini tentang sejarah Nusantara. Tapi ya jangan lupa ada kaidah2 tertentu. Kedua grup ini dikenal dengan penggunaan metode menyan... dengan metode ini mereka mengklaim telah menemukan sejumlah piramida. Padahal dalam sejarahnya tidak ada yang namanya piramida di Indonesia.

Entah kenapa mereka bersikukuh pada teori tentang Indonesia sebagai pusat peradaban dunia jauh sebelum kemunculan peradaban lain. Mereka senantiasa menganggap bahwa sejarah kita selama ini dibelenggu oleh kepentingan – kepentingan Barat, sehingga mengkerdilkan bangsa ini. Anggapan tentang adanya belenggu itu tidak sepenuhnya salah.

Namun respon yang diberikan terlalu ekstrim atau nyeleneh mungkin. Justru dalam pandangan penulis merekalah yang telah terkena pengaruh barat. Karena dalam benak kedua kelompok  ini, indikasi adanya peradaban tertua adalah kehadiran piramida. Tolok ukur sebuah peradaban adalah bangunan piramida. Sesuatu yang sungguh salah, mereka tidak peduli pada kondisi dan situasi di suatu daerah.

Sejauh ini di Indonesia hanya dikenal punden berundak, yang di kemudian hari terus berkembang (desainnya) menjadi candi. Maka candi di India berbeda dengan di Indonesia. Dalam pola pikir masyarakat kita pada masa itu, tempat yang memiliki ketinggian itu dikatakan suci, karena para dewa juga bertempat tinggal di daerah tinggi misalnya gunung.

Maka jangan heran jika posisi candi lebih banyak dijumpai di kawasan dataran tinggi atau pegunungan. Memang konsepsi tempat  tinggi sebagai tempat yang suci menyebar di sejumlah wilayah. Banyak kebudayaan lain yang juga mempercayai hal yang sama. Misalnya keberadaan piramida di Mesir maupun di kawasan Amerika Selatan.

Secara kronologi, kebudayaan Mesir dan Amerika Selatan yang modern, dengan piramida – piramidanya, berlangsung jauh lebih awal daripada kebudayaan di Nusantara. Sejauh ini sumber yang terdata pada para arkeolog dan sejarawan, kehidupan masa aksara kita dimulai pada sekitar abad ± 4 M, seiring dengan temuan 7 buah yupa di Kutai Kalimantan Timur. Disusul dengan sejumlah kerajaan lain yang meninggalkan sisa peradaban yang bermacam. Baik berupa candi maupun prasasti.

Nah kelompok Turangga Seta dan Greget Nuswantara mengklaim berhasil membaca relief di Candi Penataran, yang menurut mereka menunjukkan kesamaan dengan bangunan di  Amerika Selatan (peninggalan  suku Maya). Nah pola ini yang bagi penulis adalah sesuatu yang anakronis. Relief di Penataran merupakan hasil karya anak bangsa pada rentang masa Kerajaan Kadiri hingga Majapahit masa yang sangat jauh dengan eksistensi kebudayaan Maya.

Mereka kemudian berdalih bahwa relief tersebut menunjukkan bahwa bangsa Maya pernah datang ke Indonesia / Nusantara masa itu, dan memuja rajanya....aneh bukaan????

Dalam benak mereka sudah tertanam, bahwa keberadaan piramida merupakan simbol kebudayaan besar dan tertua.

Seperti postingan penulis pada akun facebook, bahwa Indonesia ini tidak perlu pernyataan bahwa negeri ini pernah menjadi pusat peradaban pada masa yang telah lampau dengan bukti yang tidak akurat macam itu.

Sejarah panjang negeri ini memang baru menunjukkan jika peradaban kita dimulai setelah masehi. Namun tidak berarti bahwa dalam masa sebelum itu negeri ini berada di bawah. Berjuta kisah, peninggalan adalah harta yang berharga untuk membangkitkan kembali kejayaan Nusantara. Sejumlah peninggalan bangunan, yang masih eksis hingga sekarang menjadi bukti nyata. Dan sikap mental bangsa ini di masa lampau dengan kebudayaan maritimnya harusnya kembali dibangkitkan.  Hal – hal tersebutlah yang dihilangkan dengan sengaja pada masa penjajahan Belanda.

Segala bentuk local genius yang diterapkan oleh nenek moyang juga bisa menjadi sumber rujukan. Bahwa, mereka sebelum mengambil keputusan, senantiasa berusaha menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya tersebut.  Kenyataan bahwa mitos kerap kali menyelubungi sejumlah sejarah,misal pembangunan candi atau kondisi sosial masyarakat, adalah sebuah kenyataan yang unik. Bahwa nenek moyang kita telah memahami pola pikir masyarakat pada masa itu. Mereka tahu bahwa masyarakat belum terbiasa dengan teknologi yang dikembangkan pada masa itu. Maka untuk mempermudah pemahaman,  dipakailah mitos.

Kembali pada upaya untuk membuktikan Indonesia sebagai pusat peradaban dunia. Memang ada teori yang menyatakan bahwa kebudayaan itu berasal dari 1 sumber, baru kemudian menyebar. Namun tidak berarti menjadi pusat rujukan budaya pada masa lampau itu lantas menjadi sebuah kebanggaan yang semu. Yang bisa memunculkan rasa chauvinisme.

Negeri ini telah memiliki rentetan kisah yang panjang. Saat ini negeri ini hanya membutuhkan kejelasan dan perspektif yang seimbang dalam memandang kisah sejarahnya. Karena sekali lagi apa yang diterima di tingkat dasar, sejarah tidak pernah menarik. Karena bertumpu pada siapa yang benar dan salah.  Bukan bertumpu pada  sisi manusiawi dari para pelaku sejarah ^_^

So banggalah dengan sejarah negeri kita sekarang, yang diperlukan adalah kejelasan perspektifnya.....

*sebuah opini pribadi

Comments

  1. opini saya:orang memakai menyan untuk berbagai maksud karena itu adalah tradisi nusantara seperti tari-tarian dari pelosok negri,haruskah kita campakan warisan nenek moyang kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mas Andi Heryadi : matur nuwun dah baca blog saya. mempertahankan tradisi itu sah - sah saja asalkan kita tahu esensinya. warisan nenek moyang kita sengaja dibalut hal - hal yang berbau magis, karena kultur masa itu memang yang mudah diterima adalah hal - hal yang berbau magis.

      Delete
  2. Sepertinya kita ini terlalu jauh mempersoalkan kata "piramida" yang dipakai selama ini oleh kelompok Turangga Seta. Saya tidak mengikut sertakan Greget Nuswantara, karena belum pernah mengikuti hasil penelusuran atau penelitian yang pernah mereka lakukan. Sedang kelompok Turangga Seta sudah saya ikuti apa yang mereka sajikan semuanya secara berseri sebanyak 63 seri di dalam youtube dengan judul 'Nuswantara Code of Atlantis Empire'. Secara ilmiah, bahwa mereka telah menyumbangkan sesuatu bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi, saya mengkritik tentang bingkai yang mereka gunakan dalam menyampaikan berbagai hal tentang analisis dan temuan mereka.
    Mereka memakai istilah “piramida” sebenarnya hanya untuk menyampaikan sesuatu yang mereka temukan, tetapi sesuatu itu belum pernah ada ditemukan di mana-mana. Untuk ringkasnya, biar lebih mudah dipahami publik, maka mereka menggunakan istilah piramida. Oleh karena itu, kita tidak usah terlalu jauh membahas masalah istilah “piramida” itu dengan menggunakan ilmu sejarah, dalam hal ini sejarah Indonesia, untuk menyanggah piramida yang disampaikan oleh Turangga Seta itu. Padahal hanya mempersoalkan istilah itu.
    Piramida yang dimaksudkan oleh Turangga Seta adalah sebuah bangunan besar atau monumen besar di mana bangunan atau monumen ini belum pernah diketahui ada di dalam sejarah manusia sebelumnya. Untuk memudahkan menggambarkan sesuatu kepada publik, maka digunakan istilah piramida itu untuk memperjelas bahwa itu adalah buatan manusia! Sesungguhnya bangunan atau monumen itu tidaklah persis berbentuk piramida, karena piramida berbentuk limas di mana kakinya sama sisi, tetapi bangunan atau monumen itu bagian bawahnya seperti trapesium dan di atas tidak runcing bahkan bertingkat-tingkat. Itulah yang banyak dibicarakan mengenai situs Gunung Padang, situs Gunung Sadahurip, situs Gunung Lalakon, dll.
    Situs Gunung Padang lebih tua dari piramida Giza yang berusia 4.500 tahun. Menurut arkeolog Dr. Ali Akbar, bahwa berdasarkan penggalian 10 meter ke bawah, maka situs ini sudah berusia 7.900—9.800 tahun (http://www.youtube.com/watch?v=VA2csTSNpfE). Sedang menurut ahli geologi Dr. Danny Hilman, bahwa situs ini sudah berusia 14.500 tahun bahkan bisa lebih hingga 25.000 tahun (http://www.youtube.com/watch?v=v6tihGUY7C8 ). Perbedaan usia ini disebabkan oleh metoda yang digunakan untuk menghitung usia sesuai dengan disiplin ilmu mereka masing-masing. Mereka ini merupakan satu tim yang melakukan penelitian dengan nama Tim Terpadu Penelitian Mandiri (TTPM). Nah, kalau sudah disebutkan usia situs Gunung Padang seperti itu, maka hal itu belum ada di dalam sejarah Indonesia. Kalau saya dulu belajar sejarah Indonesia dimulai dari Kerajaan Kutai sekitar abad ke-3, sedang Kerajaan Salakanagara dari abad ke-2 belum ada dimuat dalam pelajaran. Kalau situs itu sudah selesai digali dan ditata kembali, maka barulah terlihat bentuknya secara utuh. Dulu candi Borobudur pun tidak kelihatan sewaktu ditemukan Thomas Stamford Raffles dan dia berjasa menggalinya kemudian. Penelitian situs Gunung Padang tadi diawali oleh adanya informasi dari Turangga Seta yang kemudian dipergunakan oleh Tim Bencana Katastropik Purba (TBKP) serta dilanjutkan lagi oleh Tim Terpadu Penelitian Mandiri (TTPM). ... (BERSAMBUNG)

    ReplyDelete
  3. (SAMBUNGAN) ...
    Stephen Oppenheimer menulis di dalam bukunya “Eden in The East” bahwa DNA manusia menunjukkan berawal dari Indonesia berasal dari Sundaland dulu. Sedang Arisio Nunes dos Santos menulis di dalam bukunya “Atlantis The Lost Continent Finally Found” bahwa Atlantis yang hilang itu dari Sundaland yang sekarang ini berada di sekitar Indonesia. Kedua buku ini merupakan pendorong untuk melakukan penelitian lebih jauh terhadap berbagai situs-situs tadi, Tim Terpadu Penelitian Mandiri tidak mengatakan atau belum mengatakan bahwa semua situs tadi berhubungan dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen Oppenheimer dan Arisio Nunes dos Santos tadi. Mereka tidak menghubungkannnya, tapi saya sengaja memaparkannya untuk melihat gambaran bahwa ada hal besar lainnya yang memerlukan pengungkapan lebih jauh. Hal ini sehubungan dengan keyakinan akan adanya peradaban yang sudah maju sebelumnya, yaitu sebelum peradaban yang ditulis di dalam sejarah kita sekarang ini. Peradaban itu ialah peradaban dari Bangsa Lemuria dan Bangsa Atlantis yang sekarang sudah hilang.
    Dalam kaitannya dengan inilah kelompok Turangga Seta dan Greget Nuswantara melakukan pencarahiannya ke mana-mana. Atas tekad dan usaha mereka ini saya acungkan jempol, tapi kepada kelompok Turangga Seta inilah saya memiliki kritik yang mungkin terpengaruh oleh sejarah Indonesia atau pengaruh lainnya. Mereka dengan kentalnya menggunakan istilah Nuswantara itu dalam bingkai tulisan Prapanca di dalam kitab Negarakertagama yang menceritakan tentang Kerajaan Majapahit termasuk Sumpah Palapa dari Mahapatihnya Gajah Mada. Di sanalah dipakai istilah Nuswantara atau Nusantara yang menggambarkan sebagian Indonesia sekarang. Itu kata Prapanca dan inilah yang sanggah!
    Sejarah Indonesia dulu ditulis oleh Mohammad Yamin dengan pertimbangan politis untuk mempersatukan Indonesia yang baru merdeka, maka ditulislah bahwa Kerajaan Majapahit pernah berkuasa di Nusantara sesuai dengan Sumpah Palapa dari Galah Mada. Ini ditulis berdasarkan kitab Mpu Prapanca, yaitu Negarakertagama tadi. Kemudian di zaman Orde Baru, Sumpah Palapa dan Nusantara tadi dibuat sedemikian rupa, sehingga timbul doktrin Wawasan Nusantara. Inilah yang menjadi bingkai pikiran Turangga Seta dengan Majapahit, Sumpah Palapa, Nusantara, dan berpusat di pulau Jawa, sehingga Nusantara itu akhirnya menjadi Jawa. ... (BERSAMBUNG)

    ReplyDelete
  4. (SAMBUNGAN) ...
    Kita harus kembali lagi kepada awalnya dan tidak lagi menggunakan konsep Nusantara dengan bingkai seperti tadi, sehingga seakan-akan Indonesia ini hanya Jawa. Kesamaan kita adalah bahwa kita sama-sama dijajah oleh Belanda. Kalau seandainya Sumatera dijajah oleh Perancis atau Inggris, maka tentulah kita tidak akan bersama di dalam wadah Negara Republik Indonesia ini seperti Timor Leste, Papua Nugini, Brunai, Serawak, Kucing, dll. Tapi, karena kita sama-sama dijajah oleh Belanda, maka kita mengucapkan tekad kita untuk merdeka melalui Sumpah Pemuda tahun 1928 yang kemudian kita wujudkan melalui proklamasi 17 Agustus 1945. Jadi, dasar kita adalah Sumpah Pemuda dan Proklamasi 17/8-1945, bukan Sumpah Palapa dari Gajah Mada di Majapahit. Inilah yang terakhir ini kritik saya kepada Turangga Seta. ###

    ReplyDelete
  5. Ada yang menarik ketika saya secara tidak sengaja melihat youtube turangga seta tentang atlantis masih ada sampai sekarang di Indonesia. Dan saya sama sekali tidak tahu menahu tentang turangga seta. Tahunya, ya ketika lihat youtube nya. Yang menarik adalah kesimpulan turset dengan cerita simbah kakung saya hampir saama tapi beda. Ketertarikan itu ketika saya pernah diberi informasi. Oleh mbah kakung saya ada "dewa" atau manusia yang lebih kemampuan nya yang masih hidup sampai sekarang, tetapi itu adalah manusia juga bukan alien atau jin. Ketika simbah bercerita, saya anggap itu dongeng pengantar tidur. simbah menjelaskan memakain dalil Quran surat Yasin. Menurut simbah yasin artinya Yaa Ayuuhaa Al Sirri artinya wahai sesuatu rahasia yang dirahasiakan Alloh (atau inilah sesuatu yang dirahasiakan Alloh wahai umat Nabi Muhammad SAW). Inti dari surat ini terletak pada ayat 36, sesuai urutan suratnya dalam Alquran. Surat Yasin ayat 36 penjelasan nya ayat 37, dan ayat ayat berikutnya, silahkan ditelaah Sendiri. Klau menurut simbah Dewa itu adalah keturunan Nabi Nuh yang tinggal di samudra. Dan mereka bukan Rabb atau Tuhan, jadi jangan disembah, itu menurut simbah. Kalau kiranya ada benarnya itu hanya datang dari Alloh, bila salah memang simbah saya hanya memberikan dongeng pengantar tidur, mohon dimaafkan. Wallahu A'lam bisshawab ...

    ReplyDelete
  6. Baru kali ini ada sejarawan yg mengkritisi Turangga seta, apa lagi kelompok KH yg menyatakan borobudur peninggalan Nabi Nuh......wessss keblinger, wolakwalik otake..... yg jelas memalukan umat Islam

    ReplyDelete
  7. GW setuju banget dengan komen nya petualang sejarah, krn gW ngalamin sendiri dengan Nge baca surah Yasin tersebut , semua berjalan LANCAR, Alhamdulillah, BRo, gW sampai merinding baca komen Lau, THANK U SO MUCH,,

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cinta adalah Nol, Nol adalah awal dari segalanya

Telaah singkat Kidung Harsawijaya