Distorsi Sejarah dalam tayangan Sinetron Gajah Mada

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Berarti jika sejarahnya diselewengkan atau bahkan dilupakan maka bangsa itu tidak akan bisa menjadi bangsa yang besar. Yah, salah satu bentuk penyelewengan sejarah adalah dengan menceritakan kisah sejarah dari sumber yang salah.
Salah satunya adalah dengan kehadiran sinetron Gajah Mada di sebuah saluran tv swasta. Ditilik dari judulnya dapat diduga bahwa sinetron ini menceritakan tentang  tokoh Gajah Mada. Yah semacam biografilah. Memang Gajah Mada adalah tokoh besar, namun diakui masa lalunya secara historis tidaklah mudah ditelusuri. Hal ini lebih dikarenakan minimnya sumber tertulis yang valid, tentang Gajah Mada.

Inilah yang menjadi dasar sinetron Gajah Mada ini mendapat sejumlah kritikan.  Ketika sebuah tema dipilih untuk sinetron maka dipastikan harus ada penelitian yang mendalam. Apalagi sinetron ini mengambil tema sejarah yang tentunya memerlukan riset yang mendalam. Bahkan sampai pada hal – hal yang kecil. Ini yang tidak dilakukan oleh produser dari sinetron ini. Bahkan justru terdapat sejumlah rincian yang jelas – jelas menyalahi fakta sejarah.
Berikut adalah sejumlah kesalahan (sampai dengan selesainya tulisan ini) yang telah ditampilkan dalam sinetron tersebut :
Dalam Sinetron
Dalam Sejumlah sumber sejarah
1) Jiwa zaman yang muncul adalah jiwa zaman sekarang
     Hal terpenting dalam belajar sejarah adalah bahwa setiap peristiwa memiliki jiwa zaman tersendiri. Jiwa zaman pada tokoh Gajah Mada adalah jiwa zaman abad ke 14, bukan sekarang.
2) Raden Wijaya memiliki 2 istri yaitu Dara Petak dan Dara Jingga.
          Raden Wijaya ketika dinobatkan   sebagai raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana, menikahi 4 putri dari Kertanegara, yaitu :
   Sri Prameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri.
       Dara Petak dan Dara Jingga adalah dua putri dari kerajaan Melayu, yang dipersembahkan kepada penguasa kerajaan Majapahit.
3) Dara Petak dan Dara Jingga masing – masing memiliki seorang putra yaitu Jayanegara dan Adityawarman. Mereka tidak memiliki saudara lagi.
Ø Dari Dara Petak lahirlah Raden Kalagemet, yang saat dewasa dan menjadi raja dikenal sebagai Jayanegara. Jadi jika sinetron ini bermaksud menampilkan figur sang putra mahkota sejak kecil, maka semestinya menggunakan nama kecilnya yaitu Raden Kalagemet.
Ø Karena Kalagemet hanya putra seorang selir (Dara Petak), maka sesungguhnya dia tidak berhak pada tahta kerajaan. Pada Negarakertagama pupuh 47, disebutkan jika Jayanegara adalah putra dari Indreswari. Sejumlah tokoh mengidentifikasikan bahwa Indreswari adalah Dara Petak. Pada perkembangannya, Raden Kalagemet ini kemudian diangkat menjadi anak oleh permaisuri dari Kertarajasa, yaitu Sri Prameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari. Hal ini terjadi karena sang raja tidak memiliki anak lelaki dari permaisurinya. Dengan pengangkatan ini, secara otomatis Kalagemet kemudian memiliki hak atas tahta raja.
Ø Dara Jingga memiliki seorang putra dengan nama kecil Tuhan Janaka, yang kemudian menjadi penguasa di Sumatra. Janaka ini diidentifikasi sebagai Adityawarman. Maka nama kecilnya haruslah sama dengan sumber – sumber sejarah yang ada. Selain itu pelu menjadi catatan bahwa Dara Jingga tidak diambil istri oleh Kertarajasa. Dalam Pararaton, Dara Jingga disebut “alaki dewa” atau menikah dengan pembesar “dewa”. Pembesar “dewa” ini menurut hasil identifikasi Slamet Muljana adalah Mahamantri Adwayabrahma. Hal ini didasarkan pada prasasti di kubur Adityawarman dan prasasti Pagarrujung (1278 Saka).
Ø Kertarajasa memiliki dua anak perempuan dari Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri yaitu Tribhuwanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa.

4) Gajah Mada adalah rakyat biasa, putra dari salah seorang pemimpin pasukan di Majapahit yang gugur saat melawan pasukan Tartar.
       Figur Gajah Mada jika ditilik dari sejumlah sumber prasasti diduga bukan sekedar putra rakyat biasa. Dia adalah putra teman seperjuangan Raden Wijaya, yaitu Gajah Pagon. Mada diduga masih memiliki hubungan darah dengan Kertanegara. Hal ini terlihat pada prasasti Gajah Mada yang bertarikh 1273 Saka (1351). Prasasti menunjukkan “penghormatan” Gajah Mada pada Kertanegara. Penghormatan ini memang lebih dikarenakan upaya mencari legitimasi pada program Sumpah Palapa yang satu visi dengan Ekspedisi Pamalayu Kertanegara. Hanya saja ada dugaan bahwa penghormatan itu juga menjadi sesuatu yang tidak biasa karena Gajah Mada tercatat secara spesifik “lebih hormat” pada Kertanegara dibanding pada pendiri Majapahit yaitu Kertarejasa. Dugaan yang dikemukakan sejumlah ahli bahwa Gajah Mada masih memiliki hubungan darah dengan Kertanegara, mungkin melalui garis selir.
5) Gajah Mada yang notabene berasal dari rakyat biasa, mampu menjalin pertemanan dengan putra raja.
       Pada masa Majapahit maupun masa kerajaan sebelumnya, mobilitas sosial lintas kasta sulit terjadi. Hal ini dikarenakan masyarakatnya masih teguh memegang aturan kasta. Adalah sesuatu yang tidak mungkin jika Gajah Mada hanya berasal dari rakyat biasa.

6) Gajah Mada mendapat inspirasi untuk menyatukan kerajaan lain di bawah panji Majapahit dari ajaran eyang gurunya.
      Inspirasi Gajah Muda mengucapkan Sumpah Palapa adalah program dari leluhurnya yaitu Raja Kertanegara (raja Singhasari terakhir). Raja Kertanegara pun memiliki program untuk menyatukan nusantara di bawah panji Singhasari, salah satunya melalui ekspedisi Pamalayu (pada masa kerajaan Singhasari akhir).
7) Bhinneka Tunggal Ika sebagai simbol penyatuan kerajaan Majapahit.
            Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrva pada abad ke 14 adalah konsep keagamaan yang baru muncul dari cendekiawan keagamaan masa Majapahit, Mpu Tantular. Keberadaan kalimat ini (pada masa Majapahit tersebut) berupaya mewujudkan kerukunan hubungan  antara agama Budha Mahayana dan Hindu Saiwa.
8) Gajah Mada diutus Raden Wijaya menemani Jayanegara di Keraton Kahuripan.
             Kemunculan nama Gajah Mada dalam sejumlah sumber tertulis pertama adalah ketika menjadi pemimpin pasukan Bhayangkari mengungsikan Jayanegara ke desa Bedander, saat terjadi pemberontakan Kuti. Karena jasanya tersebut, Mada kemudian diangkat menjadi patih di Kahuripan.
Demikian adalah sejumlah kecil fakta yang telah diselewengkan dalam sinetron ini.  Penulis tidak mengikuti sampai detail. Mohon kepada produser sinetron ini agar melakukan riset yang mendalam agar tidak terjadi kesalahan yang sama dan berulang dari cerita dari sinetron ini.
Agar mempermudah proses riset, bisa digunakan sejumlah rujukan di bawah ini :
1) Negarakertagama (berupa terjemahan)
2) Pararaton (Berupa terjemahan)
3) Runtuhnya Kerajaan Hindu dan munculnya kerajaan Islam di Jawa (Slamet Muljana)
4) Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 2 Kerajaan Hindu Budha
5) Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid 2 (Soekmono)


6) Biografi Politik Gajah Mada  (Agus Aris Munandar), terbitan Komunitas Bambu.

Comments

  1. saya sangat bersyukur dan bertrima kasih bynk
    kepada.MBAH RIJI atas bantuan no.ghoib/ritualnya“4D( 2661)`
    alhamdulillah benar-benar tembus~~~
    berkat bantuan MBAH saya bisa melunasi utang2 keluarga saya
    dan hanya rasa trimakasih yg tak terhingga yg bisa saya ucapkan kpd MBAH RIJI
    Inza allah KI tuhan akan membalas atas semua kebaikan MBAH
    Ini info buat sahabat yg lagi kesulitan masalah ekonomi
    terlilit utang atau mau cari modal dengan singkat melalui jalan togel
    HUB; NO MBAH RIJI;_082 388 362 128_jgn di sms hub. lansung.
    saya sebagai saksi hidup beliau dan bukti nyata MBAH RIJI
    yg punya room terima kasih assalamu alaikum

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Karya Sastra Masa Majapahit

Cinta adalah Nol, Nol adalah awal dari segalanya