Bale Agung dalam Tinjauan Sejarah

Bale Agung Kulon Progo

Bale Agung merupakan salah satu bangunan bersejarah di kawasan Kompleks kantor pemerintahan Kabupaten Kulon Progo. Bangunan ini memiliki arsitektur Indis. Berdirinya bangunan ini dapat ditelusuri dari prasasti yang menempel di depan dinding bangunan tersebut. Prasasti tersebut terdiri dari dua lempengan dalam dua bahasa yang berbeda. Prasasti di sisi kiri merupakan candra sengkala yang berbunyi Bale Agung ing “Ngesti Prayogi Samadyaning Siniwi”.
Candra Sengkala ini tertulis dalam aksara Jawa.  Candra Sengkala ini jika diuraikan artinya Ngesti berarti 8, Prayogi itu satu, Samadyaning berarti 9 dan Siniwi (didudukkan) juga berarti satu. Sehingga ngesti-prayogi-samadyaning-siniwi bernilai 8-1-9-1, atau 1918 Masehi. Sementara itu prasasti di sisi kanan bertuliskan Bale Agoeng 1918. Kedua prasasti ini sama - sama menunjukkan jika Bale Agung didirikan pada masa kolonial Belanda.
Foto Candra Sengkala Bale Agung


Fungsi awal dari pendirian bangunan ini memang tidak diketahui secara pasti. Karena ketiadaan sumber – sumber tertulis yang menyebutkannya. Sumber yang berhasil ditemukan penulis, baru menyebut tentang fungsi Bale Agung pada saat setelah merdeka. Tepatnya pada tahun 1951, yaitu tahun di mana wilayah Adikarto dan Kulon Progo disatukan dalam satu wilayah yaitu Kulon Progo.
Pada proses penyatuan ini peran Bale Agung adalah sebagai tempat penandatanganan kesepakatan penyatuan Adikarto dan Kulon Progo. Hal ini dibuktikan lewat penuturan lisan dari putra bupati Kulon Progo pertama KRT. Suryoningrat, yaitu RM. Nurwijoyo. Bukti lain dari peran Bale Agung adalah dengan adanya foto ketika proses penandatanganan penggabungan dua wilayah tersebut.

Setting tempat dari foto tersebut menunjukkan jika lokasi pengambilan gambar adalah bagian dalam dari Bale Agung. Menurut RM. Nurwijoyo, foto  diambil pada tanggal 15 Oktober 1951, yaitu saat ayah beliau dilantik menjadi bupati pertama untuk daerah Kulon Progo.
Bale Agung juga menjadi saksi untuk tahap penyatuan selanjutnya, yaitu penyatuan Jawatan Penerangan. Penjelasan ini terdapat pada berita di harian Kedaulatan Rakyat Senin tanggal 29 Januari 1952. Berita ini menyebutkan jika pada hari Sabtu tanggal 27 Januari 1952 telah dilangsungkan upacara penggabungan Jawatan Penerangan dari kabupaten Adikarta dan Kulon Progo. Proses upacara ini berlangsung di Balai Agung Wates. Upacara penggabungan ini disebutkan sebagai upaya tindak lanjut dari penggabungan Kabupaten Adikarto dengan Kulon Progo menjadi Kabupaten Kulon Progo dengan ibukotanya Wates.
Pada perkembangan selanjutnya bangunan Bale Agung sempat mengalami dua kali renovasi. Salah satu renovasi terjadi pada tahun 1970 – an. Tampilan bangunan yang sekarang adalah hasil renovasi tersebut.
Perubahan tampilan fisik gedung tersebut juga diikiuti dengan perubahan fungsi dari Bale Agung. Jika sebelumnya sempat menjadi ruang rapat, maka saat ini fungsi Bale Agung adalah sebagai tempat penyimpanan benda cagar budaya peninggalan Mataram Hindu. Barang – barang tersebut meliputi patung ganesha, lesung batu, batu lumpang, yoni, batu bata kuno, mata uang kuno dan kentongan gorobongso. Kentongan tersebut berasal dari kabupaten Kulon Progo yang pada masa itu masih beribukota di Pengasih dengan bupati RT. Poerbo Winoto.

Comments

Popular posts from this blog

Karya Sastra Masa Majapahit

Cinta adalah Nol, Nol adalah awal dari segalanya