Nadendra dan Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak di usia dini memang sesuatu yang sangat penting. Apalagi pada usia dini anak masih memiliki fase internalisasi dan imitasi yang dominan. Di sinilah perlunya pendidikan yang baik. Dan pada kenyataannya saya mungkin tidak akan bisa optimal pada fase ini. Di tengah kegalauan saya dalam memikirkan hal ini, terlintas untuk mendaftarkan anak saya ke sekolah.

Memang ada banyak hal yang masih menjadi pertimbangan, di antaranya adalah apakah keputusan menyekolahkan ini tepat mengingat usia  Nadendra yang masih kecil. Rencananya saya akan memasukkan dia ke sekolah di usia 2 tahun. Maka saya mulai melakukan survei ke sejumlah PAUD yang ada di sekitar rumah. Mulai dari lokasi, jam sekolah, kurikulum, guru dan sejumlah hal lainnya.


Pilihan saya akhirnya jatuh di salah satu PAUD yang punya jam kerja paling pas (paling sesuai dengan jam kerja saya tentunya) dan lokasi (menurut saya) relatif bersih dan terjamin. Pada perkembangan selanjutnya Nadendra “terpaksa” masuk sekolah lebih cepat yakni di usia 17 bulan. Hal ini terjadi karena pengasuhnya minta ijin tidak masuk (anaknya dirawat inap di rumah sakit). Dan saya pribadi tidak ingin merepotkan ibu mertua, di samping usia beliau yang sudah makin sepuh. So, it’s complicated.

Pada mulanya tentu sulit menerima kenyataan bahwa Nadendra akan diasuh oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal. Namun memang akan ada banyak teman baik yang sebaya maupun yang lebih tua. Ini tentunya menurut saya pribadi akan menambah kecerdasan sosialnya. Tapi ya tetap saja ini merupakan hal yang sulit. Apalagi di hari – hari awal, sering dengar Nadendra nangis karena digendong oleh staf pengasuh yang belum ia kenal. Waduh hati rasanya tidak tenang. Di kantor berasa kepikiran. Tapi pilihan sudah diambil, jadi mau gak mau hati kudu ikhlas.
Alhamdulillah, akhirnya Nadendra mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya. Salah satunya dia mulai menghafalkan nama – nama teman sekolahnya. Baik yang sekelas maupun tidak. Menarik memang, tiap ditanya mas ini sapa le? Dia akan menjawab namanya dengan benar meski tentu saja dengan pengucapan yang belum jelas.
Akhirnya raport di semester awalnya pun datang. Lucu juga membacanya. Karena masih di kelas pengasuhan maka laporannya memang terkaitan dengan apa – apa yang dicapainya. Misalnya kemampuannya menyebutkan benda, merobek kertas (tanda koordinasi pada jari - jarinya).
Memilih menyekolahkan anak di usia dini, terkadang masih menjadi perdebatan. Namun bagi saya pribadi ini menjadi solusi terbaik karena ketiadaan pengasuh yang pas. Toh, dia berada di sekolah yang (menurut saya) pas baik kurikulum (maksud saya materi pengajaran sesuai usianya), lokasi dan jam belajarnya. Karena memang saya tidak bisa mengasuhnya penuh, maka saya percayakan pengasuhan di sekolah saja. Itu kesimpulan saya sejauh ini. Just sharing ya bunda ^_^. Have a nice day.

Comments

  1. Hallo kak, senang membaca ceritanya..
    Kalo boleh tau nama nadendra diambil drmn? Artinya apa?? Terimakasih

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Karya Sastra Masa Majapahit

Cinta adalah Nol, Nol adalah awal dari segalanya