Apa sih Disruption itu?

Disruption, finally akhirnya selesai juga saya membaca bukunya. Tebal memang, walaupun masih kalah dengan Harry Potter (yang ketujuh serinya sudah saya khatamkan 😁). Tapi perbedaan topik dan substansi dari buku ini dengan Harry Potter, membuat durasi pembacaan yg luaaar biasa panjang.😄




Memang selalu ada sebuah alasan demi apa saya tertarik pada buku ini. Tentunya selain judulnya. Ketertarikan saya dipicu dari cuplikan / kutipan dari sampul belakang buku ini. Tentang ucapan Stephen Elop dari Nokia, “Kami tidak melakukan kesalahan apa pun; tiba-tiba kami kalah dan punah.”
Kutipan ini makin membuat saya kepo tentang isi buku ini. Apalagi ada anjuran kalau pantas dibaca sejumlah kalangan, di antaranya ASN. Jadilah saya beli.....dan tentu saya baca.
Saat mulai membaca ternyata topik pembahasannya memang menarik. Maka jadilah penggunaan banyak page marker di sejumlah halaman. Yang ternyata memenuhi hampir setiap halaman dari buku  ini.
Buku dengan judul Disruption ini ditulis oleh Rhenald Kasali. Salah satu staf pengajar di UI. Buku ini menguraikan definisi dan beragam hal yang mewakili peristiwa disruption.
Definisi disruption sendiri menurut buku ini adalah sebuah inovasi. Inovasi yang akan menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Disruption berpotensi menggantikan pemain-pemain lama dengan yang baru. Disruption menggantikan teknologi lama yang serbafisik dengan teknologi digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien, juga lebih bermanfaat.
Buku ini juga menyebutkan sejumlah fenomena dari disruption. Misalnya kehadiran Uber, Grab, dan Gojek di bidang transportasi. Sementara di bidang perdagangan, hadirlah e-commerce yang digawangi oleh Tokopedia dan Bukalapak.
Disruption di bidang sosial ada dengan berdirinya situs kitabisa.com, situs patungan pertama di Indonesia. Kitabisa.com merupakan platform yang menggalang dana secara online untuk berbagai ide perubahan dan kebutuhan. Situs ini terbuka untuk penggalangan dana dengan tiga tipe aksi: penggalangan dana untuk diri sendiri, penggalangan dana untuk orang lain, dan penggalangan dana untuk gerakan sosial.
Sementara mengenai pemerintahan, ada banyak inovasi, misalnya di Banyuwangi sudah melakukan disruption di birokrasinya. Disruptive bureaucracy juga berlaku di Denpasar dan Kediri.
Dan tentu saja ada banyak contoh fenomena disruption yang diuraikan di buku ini. Selepas membaca buku ini rasanya mindset saya pribadi telah berubah. Saya suka pada kutipan “Mindset disruptive ini tidak terikat oleh pengalaman atau aturan baku yang kaku pada masa lalu, melainkan sikap terbuka terhadap masa depan”.
Selamat membaca.

Comments

Popular posts from this blog

Cinta adalah Nol, Nol adalah awal dari segalanya

Telaah singkat Kidung Harsawijaya