Makanan dan Kebudayaan
Judul
Buku: Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara
Penulis:
Aji ‘Chen’ Bromokusumo
Penerbit:
Penerbit Buku Kompas
Cetakan:
Cetakan I Agustus 2013
Tebal:
216 hlm
Agak kecewa sebenarnya setelah
membaca buku ini. Mengapa? Karena saya nyesel, tidak membaca buku ini dari
jaman ketika saya pertama membelinya, sekitar tahun 2017 kalo tidak salah 😉😅😆😃. Bagi
saya buku ini benar-benar menyimpan berjuta informasi yang kereen. Meski sudah
terbit tahun 2013, dan saya baru membacanya pada awal 2019 ini, tapi bagi saya
tidak ada kata terlambat untuk menuliskan reviewnya. Monggo disimak mawon
Aspek yang menarik dari buku ini
adalah sajian mengenai sejumlah fakta bahwa kuliner nusantara telah mendapat
pengaruh dari Tionghoa. Pada titik ini, yang terjadi adalah akulturasi (perpaduan dua kebudayaan yang menghasilkan
kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan unsur budaya asli) dan asimilasi (perpaduan dua kebudayaan yang menghasilkan
kebudayaan yang baru yang menghilangkan unsur budaya asli). Fakta ini
memang sebenarnya tidak mengejutkan, jika ditinjau dari aspek historis, bangsa
kita telah lama berinteraksi dengan orang Tionghoa. Namun penjelasan ini mengingatkan
kita untuk tidak melupakan dan kemudian hanya menyebutnya sebagai resep makanan
tersebut adalah “warisan leluhur”. Padahal proses menjadi “warisan leluhur” itu
melalui jalan yang panjang dan mungkin sedikit rumit.
Kerumitan muncul karena resep
asli yang dibawa orang Tionghoa harus menyesuaikan dengan lidah dan budaya
orang Indonesia. Sehingga bisa diterima dan bahkan dikonsumsi hingga saat ini. Terdapat
juga sejumlah kuliner yang merupakan hasil asimilasi kebudayaan, sehingga tidak
dijumpai di daerah asal (Cina).
Aji ‘Chen’ Bromokusumo mencoba
melakukan sejumlah penelusuran pada jenis-jenis kuliner dengan mencari asal
usulnya di negeri Cina. Dengan demikian Aji menyajikan kronologi penamaan dari daerah asalnya, dialek
lain dari daerah asalnya dan nama baru ketika terjadi penyesuaian di Indonesia.
Sehingga pembaca menjadi lebih mudah memahaminya.
Penulis berupaya berbagi
pengalaman, cita rasa dan interpretasi sejarah kuliner Peranakan Tionghoa. Selain
itu penulis nampaknya memang ingin membagikan informasi tentang sejarah dan
akulturasi Peranakan Tionghoa di Indonesia melalui kuliner. Ini merupakan
sebuah upaya melestarikan dan mempromosikan budaya Peranakan Tionghoa yang
perlu dikenal generasi muda Indonesia yang multietnis dan (jenis kuliner tersebut) sudah menjadi identitas
nasional.
Bagi saya, buku ini sebenarnya
tidak lepas dari perspektif historis dan etnografis. Karena penulis mencoba melacak akar
sejarahnya. Tulisan ini juga menyajikan pendekatan kebudayaan. Karena
penjelasan adanya akulturasi dan asimilasi budaya. Pada konteks ini yang
mengalami akulturasi dan asimilasi adalah aspek kuliner Tionghoa. Dari kedua proses
tersebut, kuliner Tionghoa bisa diterima lidah nusantara.
Menurut saya, tulisan ini mampu menjawab
sejumlah pertanyaan diantaranya mengenai upaya penyesuaian kuliner Tionghoa ke
dalam kuliner Nusantara. Pada proses ini dijumpai penjelasan bahwa kuliner yang
sudah mengalami akulturasi dan asimilasi di Nusantara, seringkali tidak bisa
dijumpai di luar Indonesia. Mereka menjadi special, limited edition.
Hasil dari penelitian buku ini
memberikan kontribusi yang sangat penting dalam kajian sejarah kuliner
nusantara. Buku ini mampu ‘mencerahkan’ pembacanya mengenai sejarah sejumlah
jenis makanan dan proses akulturasi dan asimilasinya pada masyarakat Indonesia.
Ada beberapa restoran atau rumah
makan Tionghoa yang sempat menjadi legenda pada masanya dan di sejumlah wilayah
administratif tertentu. Di buku ini baru membahas rumah makan Oen saja. Mungkin
ke depannya bisa ditambahkan restoran atau rumah makan lainnya.
Comments
Post a Comment